Kamis, 14 Oktober 2010

KEANEKARAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Nama : Adha Vini Hastuti
Kelas : XI TKJ 1
No Abs : 01
KEANEKARAGAMAN KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
I. Meresume Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
1. Pengertian masyarakat multicultural
Masyarakat Multikultural adalah kesatuan manusia atau individu yang memiliki beraneka ragam budaya. Oleh karena itu dalam masyaarakaatterdapat beranekaragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.
2. Perbedaan masyarakat majemuk dan masyarakat multicultural
- Masyarakat multicultural : merupakan kesatuan individu yang memiliki beraneka ragam budaya
- Masyarakat majemuk : merupakan kesatuan individu yang bergabung dalam suatu kelompok, tetapi tidak mempunyai keragaman budaya
3. Faktor yang mendasari manusia berkelompok
- Adanya persamaan senasib
- Tujuan yang sama
- Ideologi yang sama
- Musuh bersama
- Suku bangsa yang sama atau kelompok etnik
4. Bentuk-bentuk kelompok sosial
a. In Group and Out Group ( Summer)
o In Group : kelompok social yang dijadikan tempat oleh individu-individunya untuk mengidentifikasikan dirinya.
o Out Group : kelompok social yang oleh individunya diartikan sebagai lawan in Group
b. Kelompok primer dan sekunder ( Charles Horton Cooley )
o Kelompok Primer : ditandai dengan cirri-ciri saling mengenal antara anggota-anggotanya, kerja sama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi social dilakukan secara tatap muka.
o Kelompok Sekunder : kelompok social yang terdiri dari banyak orang, antara siapa hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga sifatnya tidak begitu langgeng

c. Gemainschaft dan gesellschaft ( Ferdinand Tonnies )
o Gemainscaft (paguyuban) : bentuk-bentuk kehidupan yang dimana para anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat ilmiah, dan kekal.
o Gesellscaft (patembayan) : ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu tertentu (yang pendek) atau bersifat kontraktual.
d. Kelompok Formal dan Informal (J.A.A. Van Doorn)
o Kelompok formal : mempunyai peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan mereka.
o Kelompok Informal : tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu, terbentuk karena pertemuan berulang ulang.
e. Membership group dan reference group (Robert K. Merton)
o Membership Group : kelompok yang para anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota.
o Reference Group : kelompok sosial yang dijadikan acuan atau rujukan oleh individu-individu yang tidak tercatat dalam anggota kelompok tersebut untuk membentuk atau mengembangkan kepribadiannya atau dalam berperilaku.
















II. Mencari artikel tentang masyarakat multikultural

Ikut Bimbingan Belajar, Perlu Tidak?


KETIKA hasil ulangan harian dilaporkan kepada orang tua siswa dalam bentuk laporan tengah semester, maka terdapat beragam hasil dengan bermacam reaksi. Ada yang cukup puas karena menggambarkan pencapaian belajar siswa selama ini sehingga nilai mata pelajaran (MP)nya tuntas. Ada yang tidak puas karena nilainya di bawah KKM. Ada pula yang tidak puas, meskipun nilainya tuntas tetapi tidak sesuai dengan target pribadinya, yang menghendaki nilai MP
Tertentu lebih besar dari KKM.
Orang tua dan siswa dari dua kelompok terakhir ini tentu saja akan berusaha habis-habisan supaya keinginannya tercapai, yaitu nilai MP mencapai ketuntasan atau sesuai dengan target pribadinya. Upaya instant yang dapat ditempuh untuk mendongkrak prestasi belajar siswa adalah dengan mencari pelajaran tambahan di sekolah, memanggil guru privat ke rumah, atau ikut bimbingan belajar (bimbel). Ketiganya membawa konsekuensi logis secara ekonomis, yakni memerlukan dana-biaya.
Bagi siswa yang sulit belajar mandiri, kurang dapat mengikuti pelajaran dari guru di sekolah atau kondisi lingkungan rumahnya tidak kondusif untuk belajar dan (yang terpenting!) orang tuanya memiliki cukup dana-biaya, maka ikut bimbel sangat direkomendasikan di sini. Tetapi dengan catatan, siswa tetap pro-aktif selama ikut bimbel, jangan pasif, cuma menjadi penonton para pengajar bimbel (tentor) yang sibuk mengotak-atik jurus/rumus singkat pemecahan soal. Siswa, selain rajin mencatat penjelasan para tentor dan menyimak buku-buku panduannya, juga harus aktif bertanya baik selama proses belajar berlangsung maupun di luar waktu itu, jika sekiranya ada materi soal yang tidak dimengertinya. Jangan menyia-nyiakan ratusan ribu hingga jutaaan rupiah uang orang tua kalau hanya untuk berbengong ria atau ngerumpi sesama siswa di bimbel!

Kesimpulan : Menurut bentuknya, kelompok lembaga bimbingan belajar ini adalah bentuk kelompok formal. Karena di dalam kelompok lembaga bimbingan belajar terdapat aturan-aturan untuk anggotanya. Kelempok bimbingan ini terbentuk karena adanya persamaan nasib untukn mencapai tujuan yang sama, yaitu mendapatkan nilai yang maksimal di sekolah.

0 komentar: